Topik : “Bawang Merah dan Bawang Putih”
dan “Cinderella”
Sub
Topok : Perbedaan dan Persamaan
Outline :
1) Introduction Pharagraph
2) Definitions / Theories
·
Tokoh
(karakter)
·
Penokohan
(watak)
·
Alur
(plot)
3) Perbedaan dan Persamaan
4) Kesimpulan
5) Referensi
Perbedaan
dan Persamaan Cerita “Bawang Putih dan Bawang Merah” dan “Cinderela”
Sebagai salah satu negara
yang kaya akan cerita tradisional, Indonesia memiliki banya sekali cerita
rakyat daerah yang terkenal dan salah satunya adalah cerita Bawang merah dan
Bawang Putih. Namun, cerita ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan cerita Cinderella
yang berasal dari Eropa. Dalam kedua kisah tersebut memiliki perbedaan dari
segi tokoh. Beberapa persamaanpun terlihat jelas dari segi penokohan dari tokoh
tokohnya dan dari segi alur cerita.
Seringkali tokoh disamakan dengan istilah karakter
atau watak. Namun, sesungguhnya berbeda. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat
dalam sebuah fiksi, sedangkan karakter merujuk pada istilah watak yang berarti
kondisi jiwa atau sifat dari tokoh tersebut. Jadi, tokoh adalah pelaku yang
berada dalam karya fiksi, sedangkan karakter atau watak adalah perilaku yang
mengisi diri tokoh tersebut.
Menurut
Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita
fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu
pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh sendiri dibagi menjadi dua bagian penting, yaitu : tokoh utama dan tokoh
bawahan
Tokoh utama ini mengambil bagian terbesar dalam
peristiwa cerita, dengan kata lain tokoh utama merupakan tokoh yang paling
banyak diceritakan. Volume kemunculan tokoh utama lebih banyak dibanding tokoh
lain, sehingga tokoh utama biasanya memegang peranan penting dalam setiap
peristiwa yang diceritakan.
Tokoh tambahan atau tokoh bawahan ini diungkapkan atau
disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit
sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali. Tokoh bawahan ini dimunculkan
sekali atau beberapa kali. Tokoh-tokoh ini mendukung atau membantu tokoh
sentral.
Sadikin (1999: 23)
menjelaskan bahwa setiap pengarang mempunyai cara tertentu dalam melukiskan
watak pelaku. Dalam cerpen, pengarang dapat menggambarkan watak para tokohnya
dengan menggunakan beberapa teknik perwatakan yaitu teknik analitik dan
teknik dramatik yaitu pelukisan watak para tokohnya melalui jalan cerita.
Berdasarkan data diatas,
makan kaitan antara tokoh dan penokohan adalah unsur yang sangat berkaitan satu
sama lain dan tidak bisa dipisahkan. Oleh karenanya, kita dapat mengetahui
pembagian tokoh berdasarkan watak tokohnya yang diklasifikasikan menjadi tokoh
protagonis dan antagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang
kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh
penjawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi klita (Altenbernd &
Lewis dalam Nurgiantoro 2004: 178). Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang
baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik,
pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang
yang mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai
kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua
sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi
sebagai pencuri. Ia memang jahat, tapi ia begitu sayang kepada anak dan istrinya
sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang kepadanya.
Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh
ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negative,
seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri,
suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis
yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tapi
dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya; tokoh yang setia kepada
negara, padahal negaranya adalah negara penebar kejahatan di dunia; tokoh yang
memegang teguh janji, tetapi janji itu diucapkan pada orang yang salah dan
berakibat fatal (Aminuddin,
1984:85).
Setelah membaca beberapa
referensi tentang definisi tokoh dan penokohan menurut beberapa ahli, saya
menarik kesimpulan bahwa tokoh dan penokohan
adalah unsur yang saling berkaitan satu sama lain yang menggambarkan karakter
oleh penulis mewakili tipe-tipe karakter,
biasanya terdiri dari tokoh utama dan tambahan, serta terdiri dari tokoh
protagonis dan antagonis. Tapi tentusaja unsur yang terkandung dalam suatu
cerita tidak hanya tokoh dan penokohan, didalamnya ada juga alur atau jalan
cerita yang menjelaskan bagaimana cerita itu disusun dari awal sampai akhir.
Alur adalah struktur
rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi
fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi
(Atar Semi, 1988:43-46). Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting karena
mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana
satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh
digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu
kesatuan waktu. Ada 3 jenis alur yang sering digunakan dalam sebuah cerita,
yaitu : alur maju, alur mundur dan alur campuran.
Yang pertama adalah alur
maju, yaitu alur yang peristiwa ditampilkannya secara kronologis, maju, secara
runtut dari tahap awal, tahap tengah, hingga tahap akhir cerita. Biasanya alur
ini sering digunakan oleh penulis pemula, dengan membuat cerita menggunakan
alur ini makan dapat terbangun kebiasaan menulis bagi mereka sebab jika
menggunakan alur ini tidak terlalu sulit dalam mengarang atau membuat cerita.
Alur ini umumnya digunakan pada cerita yang mudah untuk di pahami atau dicerna,
misalny seperti cerita untuk anak-anak. Tapi bukan berarti alur ini tidak
dapat digunakan pada cerita yang serius, misalnya seperti drama dan lain
sebagainya.
Lalu yang kedua adalah alur mundur, yang
dimaksud dengan alur mundur yaitu alur yang ceritanya dimulai dengan
penyelesaian. Alur ini sering ditemui pada cerita yang memakai setting waktunya
pada masa lampau. Penulis yang memakai alur ini haruslah pintar-pintar dalam
menyusun ceritanya supaya tidak membuat pembacanya menjadi kebingungan.
Dan yang terakhir adalah alur campuran, yaitu
alur yang diawali dengan klimaks dari cerita, yang kemudian melihat lagi masa
lalu atau masa lampau dan diakhiri dengan penyelesaian dari cerita tersebut.
Alur ini akan mudah digunakan dalam pembuatan cerita, jika pengarang cerita
mengerti cara mengatur plot ceritanya. Jenis alur apapun yang dipakai dalam
suatu cerita, didalamnya tetap akan mengandung unsur-unsur atau tahapan-tahapan
alur.
Ada lima tahapan-tahapan alur yang akan
terkandung dalam sebuah cerita diantaranya tahap perkenalan/Eksposisi, ini
adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi
belum ada perkenalan para tokoh secara jelas. Tahap selanjutnya adalah tahap
pertentangan atau konflik, ini adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan
antara pelaku-pelaku dan konflik awal menuju konflik selanjutnya. Kemudian
tahap selanjutnya adalah penanjakan konflik, ini adalah tahap dimana ketegangan
mulai terasa semakin berkembang dan rumit. Tahap keempat memasuki tahap klimaks,
ini adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak. Dan yang terakhir adalah tahap
penyelesaian, tahap ini merupakan akhir cerita, pada bagian ini berisi
penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami
peristiwa puncak. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi
akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian. Setelah pemaparan yang
cukup panjang mengenai unsur tokoh, penokohan dan alur, tentu saja antara
cerita Bawang merah dan Bawang Putih dan Cinderella memiliki unsur unsur
tersendiri yang didalam nya memiliki beberapa perbedaan dan persamaan.
Dari segi tokoh, yang berbeda antara dua
cerita ini hanyalah dari segi nama nama tokoh dan juga jumlah tokoh didalamnya.
Karakter utama pada dongeng Bawang Merah Bawang Putih ialah Bawang Putih
seorang gadis cantik, baik, penurut, dan pekerja keras. Sedangkan saudara
tirinya yaitu Bawang Merah merupakan gadis kejam dan pendendam. Jika Bawang
Putih memiliki satu saudara tiri maka berbeda pada dongeng Cinderella yang
memiliki dua saudara tiri yang kejam dan sering membuat repot Cinderella,
Cinderella merupakan tokoh utama yang sama dengan Bawang Putih yang memiliki
paras cantik, dan hati yang baik. Dan juga didalam kedua cerita ini terdapat
tokoh hewan-hewan sebagai tokoh pendukung dalam kedua cerita ini. Dalam dongeng Bawang Merah Bawang Putih tokoh Bawang
putih berteman dengan ikan mas yang dapat Bawang Putih temui pada saat ia
mencuci pakaian di sungai. Sedangakan dalam dongeng Cinderella, ia berteman
dengan tikus-tikus kecil yang selalu ada dikala Cindrella bersedih, ada juga
tokoh hewan lain seperti kadal dalam cerita Cinderella. Tokoh pendukung lain
dalam cerita Cinderella yang tidak ada dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih
adalah tokoh ibu Peri.
Namun pada segi penokohan, antara kedua
cerita ini memiliki banya persamaan. Dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih, Bawang
putih berparas cantik, baik hati, pekerja keras juga sabar. Tinggal bersama ibu
dan saudara tirinya yang kejam dan kasar. Tak berbeda jauh dari penokohan dalam
cerita Cinderella yang memiliki wajah cantik, baik hati, pekerja keras juga
orang yang sabar. Tinggal bersama ibu dan kedua saudara tirinya yang
memperlakukan Cinderella bagaikan pembantu di rumah peninggalan ayahnya.
Begitupun dari alur cerita kedua cerita ini.
Sama sama menggunakan alur maju dan beberapa alur kisah yang mirip. Dalam
cerita Bawang Merah Bawang Putih, bercerita tentang sebuah keluarga yang
bahagia yang terdiri dari ayah, ibu dan Bawang Putih. Namun suatu hari, ibu
Bawang putih meninggal dunia karena sakit keras, kemudian sang Ayah menikahi
seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Tak lama setelah itu,
ayah Bawang Putih juga meninggal dunia karena sakit keras. Setelah Bawang Putih
ditinggalkan oleh sang ayah, ibu dan saudara tiri nya mulai memperlihatkan
sifat yang sebenarnya, Bawang Putih diperlakukan bagaikan pembantu di rumahnya
sendiri. Melakukan pekerjaan rumah seorang diri, mencuci pakaian ibu dan saudara
tirinya di sungai dan bertemu ikan mas. Bawang Putih bertemu dengan seorang
pangeran yang tampan dan pada akhirnya menikah dengan pangeran tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan alur cerita
Cinderella yang ditinggal ibunya karena meninggal. Kemudian sang ayah menikah
dengan seorang janda yang memliki dua orang anak. Sang ayah pergi berdagang,
tetapi dalam perjalanan ia meninggal dunia karena sakit keras. Cinderella
diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan saudara saudara tirinya di rumah
peninggalan ayahnya. Cinderella memiliki beberapa teman hewan seperti tikus
dan kadal yang selalu menemaninya. Pada
suatu hari, Cinderella bertemu dengan seorang pangeran yang tampan dan akhirnya
pangeran itu menikahi Cinderella. Walaupun banyak persamaan dalam alur kedua
cerita ini, ada juga beberapa perbedaan didalamnya.
Perbedaan alur terletak pada cara bagaimana
si tokoh utama berteman dengan tokoh hewan, dan cara tokoh utama bertemu dengan
pangeran yang pada akhirnya mereka berdua menikah. Pada dongeng Bawang Merah
Bawang Putih, tokoh Bawang Putih bertemu dengan ikan mas di sungai pada saat ia
mencuci pakaian disana. Namun, pada cerita Cinderella, ia sudah berteman dengan
teman-teman hewannya sejak dari awal cerita.
Dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih, tokoh
utamanya yaitu Bawang Putih bertemu pangeran karena sang pangeran sedang
mencari tanaman berdaun mas untuk obat ayanya yang sedang sakit, dan pemilik dari tanaman
berdaun mas yang dicari pangeran adalah milik Bawang Putih karena tanaman ini
berasal dari ikan mas yang dimakan oleh ibu dan saudara tirinya. Bawang Putih
membantu mencabut tanaman mas dari tanah dan memberikan tanaman emas itu kepada
sang pangeran. Akhirnya, sang pangeran meminta Bawang Putih menjadi isterinya.
Berbeda dengan Cinderella yang bertemu
pangeran karena mencoba melarikan diri ke hutan dan bertemu pangeran yang
sedang berburu. Sang pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama tetapi Cinderella
pergi tanpa memberitahu identitas nya. Lalu sang pangeran mengadakan pesta
rakyat sebagai cara untuk menemukan gadis yang ditemuinya di hutan. Tapi ibu
tiri Cinderella melarangnya pergi ke pesta itu, hanya ibu dan kedua saudara
tirinya yang berangkat. Dibantu dengan sihir ibu peri, akhirnya Cinderella bisa
pergi ke pesta rakyat dengan labu yang diubah menjadi kereta, tikus-tikus yang
diubah menjadi kuda-kuda putih, kadal yang diubah menjadi pelayan dan pengemudi
kereta oleh ibu Peri. Ibu Peri juga mengubah pakaian lusuh Cinderella dengan gaun yang indah dan sepatu
kaca. Akhirnya Cinderella bisa bertemu dengan pangeran dan lupa akan efek sihir
hanya bertahan sampai tengah malam. Cinderella harus bergegas pulang, ia
berlari sehingga terjatuh dan meninggal kan sepatu kacanya. Pangeran mengambil
sepatu terebut dan menyebarkan berita bahwa siapapun gadis yang memiliki ukuran
kaki pas dengan sepatu kaca itu akan ia nikahi. Hanya Cinderella lah
satu-satunya gadis yang memiliki ukuran yang pas dengan sepatu tersebut namun
langkah Cinderella dihalangi oleh ibu tirinya. Tapi pada akhirnya, semua itu
dapat teratasi dan akhirnya Pangeran menemukan gadis yang ia cari. Cinderella
pun bahagia bersama Pangeran.
Berdasarkan hasil perbandingan antara cerita
Bawang Merah Bawang Putih dari Indonesia dengan cerita Cinderella dari Eropa
dan dapat ditarik kesimpulan bahwa keduanya memiliki banyak persamaan dalam
penokohan maupun alur. Yang membedakan hanyalah nama-nama dan jumlah tokoh
dalam masing-masing cerita. Perbedaan lainnya, terletak pada beberapa alur yang
menceritakan bagaimana tokoh utama dengan tokoh pangeran. Perbedaan ini mungkin
terjadi dikarenakan budaya yang berbeda.
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar