Selasa, 14 Juni 2016

Perbedaan dan Persamaan Cerita “Bawang Putih dan Bawang Merah” dan “Cinderela”



Topik               : “Bawang Merah dan Bawang Putih” dan “Cinderella”
Sub Topok       : Perbedaan dan Persamaan
Outline            :
1)      Introduction Pharagraph
2)      Definitions / Theories
·         Tokoh (karakter)
·         Penokohan (watak)
·         Alur (plot)
3)      Perbedaan dan Persamaan
4)      Kesimpulan
5)      Referensi



Perbedaan dan Persamaan Cerita “Bawang Putih dan Bawang Merah” dan “Cinderela”

Sebagai salah satu negara yang kaya akan cerita tradisional, Indonesia memiliki banya sekali cerita rakyat daerah yang terkenal dan salah satunya adalah cerita Bawang merah dan Bawang Putih. Namun, cerita ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan  dengan cerita Cinderella yang berasal dari Eropa. Dalam kedua kisah tersebut memiliki perbedaan dari segi tokoh. Beberapa persamaanpun terlihat jelas dari segi penokohan dari tokoh tokohnya dan dari segi alur cerita.
Seringkali tokoh disamakan dengan istilah karakter atau watak. Namun, sesungguhnya berbeda. Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi, sedangkan karakter merujuk pada istilah watak yang berarti kondisi jiwa atau sifat dari tokoh tersebut. Jadi, tokoh adalah pelaku yang berada dalam karya fiksi, sedangkan karakter atau watak adalah perilaku yang mengisi diri tokoh tersebut.

Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita. Tokoh sendiri dibagi menjadi dua  bagian penting, yaitu : tokoh utama dan tokoh bawahan

Tokoh utama ini mengambil bagian terbesar dalam peristiwa cerita, dengan kata lain tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. Volume kemunculan tokoh utama lebih banyak dibanding tokoh lain, sehingga tokoh utama biasanya memegang peranan penting dalam setiap peristiwa yang diceritakan.


Tokoh tambahan atau tokoh bawahan ini diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali. Tokoh bawahan ini dimunculkan sekali atau beberapa kali. Tokoh-tokoh ini mendukung atau membantu tokoh sentral.

Sadikin (1999: 23) menjelaskan bahwa setiap pengarang mempunyai cara tertentu dalam melukiskan watak pelaku. Dalam cerpen, pengarang dapat menggambarkan watak para tokohnya dengan menggunakan beberapa teknik perwatakan yaitu teknik  analitik dan teknik dramatik yaitu pelukisan watak para tokohnya melalui jalan cerita.
Berdasarkan data diatas, makan kaitan antara tokoh dan penokohan adalah unsur yang sangat berkaitan satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan. Oleh karenanya, kita dapat mengetahui pembagian tokoh berdasarkan watak tokohnya yang diklasifikasikan menjadi tokoh protagonis dan antagonis.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh penjawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi klita (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiantoro 2004: 178). Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai contoh, ada tokoh yang mempunyai profesi sebagai pencuri. Ia memang jahat, tapi ia begitu sayang kepada anak dan istrinya sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang kepadanya.
Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negative, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tapi dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya; tokoh yang setia kepada negara, padahal negaranya adalah negara penebar kejahatan di dunia; tokoh yang memegang teguh janji, tetapi janji itu diucapkan pada orang yang salah dan berakibat fatal (Aminuddin, 1984:85).
Setelah membaca beberapa referensi tentang definisi tokoh dan penokohan menurut beberapa ahli, saya menarik kesimpulan bahwa  tokoh dan penokohan adalah unsur yang saling berkaitan satu sama lain yang menggambarkan karakter oleh penulis  mewakili tipe-tipe karakter, biasanya terdiri dari tokoh utama dan tambahan, serta terdiri dari tokoh protagonis dan antagonis. Tapi tentusaja unsur yang terkandung dalam suatu cerita tidak hanya tokoh dan penokohan, didalamnya ada juga alur atau jalan cerita yang menjelaskan bagaimana cerita itu disusun dari awal sampai akhir.
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1988:43-46). Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting karena mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu yang semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. Ada 3 jenis alur yang sering digunakan dalam sebuah cerita, yaitu : alur maju, alur mundur dan alur campuran.
Yang pertama adalah alur maju, yaitu alur yang peristiwa ditampilkannya secara kronologis, maju, secara runtut dari tahap awal, tahap tengah, hingga tahap akhir cerita. Biasanya alur ini sering digunakan oleh penulis pemula, dengan membuat cerita menggunakan alur ini makan dapat terbangun kebiasaan menulis bagi mereka sebab jika menggunakan alur ini tidak terlalu sulit dalam mengarang atau membuat cerita. Alur ini umumnya digunakan pada cerita yang mudah untuk di pahami atau dicerna, misalny seperti cerita untuk anak-anak. Tapi bukan berarti alur ini tidak dapat digunakan pada cerita yang serius, misalnya seperti drama dan lain sebagainya.
Lalu yang kedua adalah alur mundur, yang dimaksud dengan alur mundur yaitu alur yang ceritanya dimulai dengan penyelesaian. Alur ini sering ditemui pada cerita yang memakai setting waktunya pada masa lampau. Penulis yang memakai alur ini haruslah pintar-pintar dalam menyusun ceritanya supaya tidak membuat pembacanya menjadi kebingungan.
Dan yang terakhir adalah alur campuran, yaitu alur yang diawali dengan klimaks dari cerita, yang kemudian melihat lagi masa lalu atau masa lampau dan diakhiri dengan penyelesaian dari cerita tersebut. Alur ini akan mudah digunakan dalam pembuatan cerita, jika pengarang cerita mengerti cara mengatur plot ceritanya. Jenis alur apapun yang dipakai dalam suatu cerita, didalamnya tetap akan mengandung unsur-unsur atau tahapan-tahapan alur.
Ada lima tahapan-tahapan alur yang akan terkandung dalam sebuah cerita diantaranya tahap perkenalan/Eksposisi, ini adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi  belum ada perkenalan para tokoh secara jelas. Tahap selanjutnya adalah tahap pertentangan atau konflik, ini adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku dan konflik awal menuju konflik selanjutnya. Kemudian tahap selanjutnya adalah penanjakan konflik, ini adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit. Tahap keempat memasuki tahap klimaks, ini adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak. Dan yang terakhir adalah tahap penyelesaian, tahap ini merupakan akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian. Setelah pemaparan yang cukup panjang mengenai unsur tokoh, penokohan dan alur, tentu saja antara cerita Bawang merah dan Bawang Putih dan Cinderella memiliki unsur unsur tersendiri yang didalam nya memiliki beberapa perbedaan dan persamaan.
Dari segi tokoh, yang berbeda antara dua cerita ini hanyalah dari segi nama nama tokoh dan juga jumlah tokoh didalamnya. Karakter utama pada dongeng Bawang Merah Bawang Putih ialah Bawang Putih seorang gadis cantik, baik, penurut, dan pekerja keras. Sedangkan saudara tirinya yaitu Bawang Merah merupakan gadis kejam dan pendendam. Jika Bawang Putih memiliki satu saudara tiri maka berbeda pada dongeng Cinderella yang memiliki dua saudara tiri yang kejam dan sering membuat repot Cinderella, Cinderella merupakan tokoh utama yang sama dengan Bawang Putih yang memiliki paras cantik, dan hati yang baik. Dan juga didalam kedua cerita ini terdapat tokoh hewan-hewan sebagai tokoh pendukung dalam kedua cerita ini. Dalam dongeng Bawang Merah Bawang Putih tokoh Bawang putih berteman dengan ikan mas yang dapat Bawang Putih temui pada saat ia mencuci pakaian di sungai. Sedangakan dalam dongeng Cinderella, ia berteman dengan tikus-tikus kecil yang selalu ada dikala Cindrella bersedih, ada juga tokoh hewan lain seperti kadal dalam cerita Cinderella. Tokoh pendukung lain dalam cerita Cinderella yang tidak ada dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih adalah tokoh ibu Peri.
Namun pada segi penokohan, antara kedua cerita ini memiliki banya persamaan. Dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih, Bawang putih berparas cantik, baik hati, pekerja keras juga sabar. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya yang kejam dan kasar. Tak berbeda jauh dari penokohan dalam cerita Cinderella yang memiliki wajah cantik, baik hati, pekerja keras juga orang yang sabar. Tinggal bersama ibu dan kedua saudara tirinya yang memperlakukan Cinderella bagaikan pembantu di rumah peninggalan ayahnya.
Begitupun dari alur cerita kedua cerita ini. Sama sama menggunakan alur maju dan beberapa alur kisah yang mirip. Dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih, bercerita tentang sebuah keluarga yang bahagia yang terdiri dari ayah, ibu dan Bawang Putih. Namun suatu hari, ibu Bawang putih meninggal dunia karena sakit keras, kemudian sang Ayah menikahi seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Tak lama setelah itu, ayah Bawang Putih juga meninggal dunia karena sakit keras. Setelah Bawang Putih ditinggalkan oleh sang ayah, ibu dan saudara tiri nya mulai memperlihatkan sifat yang sebenarnya, Bawang Putih diperlakukan bagaikan pembantu di rumahnya sendiri. Melakukan pekerjaan rumah seorang diri, mencuci pakaian ibu dan saudara tirinya di sungai dan bertemu ikan mas. Bawang Putih bertemu dengan seorang pangeran yang tampan dan pada akhirnya menikah dengan pangeran tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan alur cerita Cinderella yang ditinggal ibunya karena meninggal. Kemudian sang ayah menikah dengan seorang janda yang memliki dua orang anak. Sang ayah pergi berdagang, tetapi dalam perjalanan ia meninggal dunia karena sakit keras. Cinderella diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan saudara saudara tirinya di rumah peninggalan ayahnya. Cinderella memiliki beberapa teman hewan seperti tikus dan  kadal yang selalu menemaninya. Pada suatu hari, Cinderella bertemu dengan seorang pangeran yang tampan dan akhirnya pangeran itu menikahi Cinderella. Walaupun banyak persamaan dalam alur kedua cerita ini, ada juga beberapa perbedaan didalamnya.
Perbedaan alur terletak pada cara bagaimana si tokoh utama berteman dengan tokoh hewan, dan cara tokoh utama bertemu dengan pangeran yang pada akhirnya mereka berdua menikah. Pada dongeng Bawang Merah Bawang Putih, tokoh Bawang Putih bertemu dengan ikan mas di sungai pada saat ia mencuci pakaian disana. Namun, pada cerita Cinderella, ia sudah berteman dengan teman-teman hewannya sejak dari awal cerita.
Dalam cerita Bawang Merah Bawang Putih, tokoh utamanya yaitu Bawang Putih bertemu pangeran karena sang pangeran sedang mencari tanaman berdaun mas untuk obat  ayanya yang sedang sakit, dan pemilik dari tanaman berdaun mas yang dicari pangeran adalah milik Bawang Putih karena tanaman ini berasal dari ikan mas yang dimakan oleh ibu dan saudara tirinya. Bawang Putih membantu mencabut tanaman mas dari tanah dan memberikan tanaman emas itu kepada sang pangeran. Akhirnya, sang pangeran meminta Bawang Putih menjadi isterinya.
Berbeda dengan Cinderella yang bertemu pangeran karena mencoba melarikan diri ke hutan dan bertemu pangeran yang sedang berburu. Sang pangeran jatuh cinta pada pandangan pertama tetapi Cinderella pergi tanpa memberitahu identitas nya. Lalu sang pangeran mengadakan pesta rakyat sebagai cara untuk menemukan gadis yang ditemuinya di hutan. Tapi ibu tiri Cinderella melarangnya pergi ke pesta itu, hanya ibu dan kedua saudara tirinya yang berangkat. Dibantu dengan sihir ibu peri, akhirnya Cinderella bisa pergi ke pesta rakyat dengan labu yang diubah menjadi kereta, tikus-tikus yang diubah menjadi kuda-kuda putih, kadal yang diubah menjadi pelayan dan pengemudi kereta oleh ibu Peri. Ibu Peri juga mengubah pakaian lusuh  Cinderella dengan gaun yang indah dan sepatu kaca. Akhirnya Cinderella bisa bertemu dengan pangeran dan lupa akan efek sihir hanya bertahan sampai tengah malam. Cinderella harus bergegas pulang, ia berlari sehingga terjatuh dan meninggal kan sepatu kacanya. Pangeran mengambil sepatu terebut dan menyebarkan berita bahwa siapapun gadis yang memiliki ukuran kaki pas dengan sepatu kaca itu akan ia nikahi. Hanya Cinderella lah satu-satunya gadis yang memiliki ukuran yang pas dengan sepatu tersebut namun langkah Cinderella dihalangi oleh ibu tirinya. Tapi pada akhirnya, semua itu dapat teratasi dan akhirnya Pangeran menemukan gadis yang ia cari. Cinderella pun bahagia bersama Pangeran.  
Berdasarkan hasil perbandingan antara cerita Bawang Merah Bawang Putih dari Indonesia dengan cerita Cinderella dari Eropa dan dapat ditarik kesimpulan bahwa keduanya memiliki banyak persamaan dalam penokohan maupun alur. Yang membedakan hanyalah nama-nama dan jumlah tokoh dalam masing-masing cerita. Perbedaan lainnya, terletak pada beberapa alur yang menceritakan bagaimana tokoh utama dengan tokoh pangeran. Perbedaan ini mungkin terjadi dikarenakan budaya yang berbeda.

Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar